Akhir-akhir ini
saya lagi sering baca cerita-cerita romance. Yah namanya juga budget terbatas,
jadilah baca yang gratisan kayak searching di google atau baca di wattpad. Sebenarnya
bukan tanpa alasan sih, baca cerita romance tu kayak lagi nyari referensi aja
sama hal klasik yang sering diagungkan namanya dimana-mana. Tau apa? Iyap
bener, ‘CINTA’
Pertama saya mau
bilang “Cinta selalu menemukan jalannya sendiri. Kebanyakan orang justru
merusak jalan itu sendiri, bertindak tidak sabaran, padahal jelas sekali cinta
bisa menemukan jalannya sendiri”. Katanya sih kita hanya perlu bersabar, sampai
cinta itu datang di waktu yang tepat.
Kalian pernah
baca novel “Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah”, karyanya Tere Liye. Kalau udah
ada yang baca sama novel itu semoga pemikiran saya berikut bisa nyambung sama
kalian juga ya. Kalau yang belum pernah baca, minjem punya
saya aja boleh koq, saya senang malah ada yang mau minjem buku saya.
*Apaan sih Tar, tadi ngomongin cinta sekarang ngomongin buku* -Oh iya, Oke
fokus bahas ‘Cinta’ dulu-
Jadi di novel itu
ceritanya Borno, Pemuda berhati paling lurus dan baik di sepanjang sungai
kapuas, jatuh cinta sama gadis dengan wajah sendu menawan, Mei. Borno
sebenarnya polos banget tentang dunia percintaan, nah justru karena itulah,
novel ini sukses buat saya ketawa, senyum-senyum sendiri sama tingkahnya Borno.
Ngarepnya sih saya yang jadi si Mei? Atau si Sarah? Haduh apaan sih, dunia
imajinasi saya mulai lagi deh. Hahaha
Borno yang sibuk
menaklukkan hati si Mei, harus dihadapkan dengan kenyataan masa lalu yang ga
bisa lepas dari hidupnya. Kepahitan masa lalu hidup mereka yang ternyata
terhubung karna kebaikan hati Bapaknya Borno. Yah bohong namanya kalau cerita
romance, percintaan, ga ada konflik. Hambar rasanya. Mei yang harus terjerat
sama kenyataan masa lalu seperti memungkiri perasaannya sendiri. Dia ragu beneran
ga sih cinta sama Borno. Trus sebenarnya Borno tau ga sih kenyataan masa lalu
itu, nah kalau Brono tau apa masih mau menerima Mei? Bukannya udah ada Sarah
yang hadir juga di hidup Borno.
Tapi lagi-lagi
cerita fiksi ini membuat saya senyum-senyum ga jelas. Tapi begitu baca
endingnya, Nah beneran kan, cinta selalu menemukan jalannya sendiri.
Beralih dari
Borno dan Mei, poin kedua saya juga mau bilang kalau cinta itu “Pengorbanan dan
Kepercayaan”.
Ada yang tau atau
pernah baca cerita legenda masa lalu, tentang Rama, Shinta dan Rahwana. Saya sih
emang ga pernah baca cerita aslinya, tapi saya suka baca cerita legenda ini
dari sudut pandang berbeda.
Mungkin ya yang
selama ini kita kira Rahwana adalah sosok jahat, tega menculik Dewi Shinta,
yang notabene adalah istri dari Rama. Versi modernnya dikit mah kayak Romeo –Juliet.
Kita selalu terpatri bahwa kebaikan selalu identik dengan Prabu Rama dan
kejahatan pastilah perbuatan Rahwana.
Tapi saya kasih
tau ya, sejujurnya saya lebih sebal bin kesal sama Rama dibanding sama Rahwana.
Rahwana udah jelas dia raksasa jahat. Udah dari sononya jelas dia tokoh
antagonis disini. Tapi Rama. Apa ya kata-kata yang pas buat dia. Rama itu kalau
jaman sekarang mah, sama kayak cowok-cowok freak,
sekelas lah sama cowok-cowok yang hobby sepik-sepik iblis gitu. Ga Gentle. Hahahaha *jahat banget
perumpaannya*
Setelah 12 tahun
disekap Rahwana, Dewi Shinta berhasil kembali ke Ayodia. Tapi apa yang buat
kecewa pemirsah. Rama mempertanyakan kesucian dan kesetiaan Dewi Shinta. What the **** banget ga sih. Lelaki macam
apa itu, meragukan kesetiaan istrinya sendiri. Trus selama 12 tahun perjuangan
Rama itu demi apa. Demi Shinta? Yakin? Lah koq bisa prasangka jahat
menghancurkan semuanya.
Singkat cerita
Rama bisa membuktikan sendiri kan, Shinta setia. Shinta membuktikan ke semua
orang kalau dia setia, Shinta selamat dari kobaran api, dia Suci. –jadi ada
upacara obong, yg direquest Rama, buat membuktikan kesucian Shinta. Dia harus
terjun ke api, kalau selamat artinya dia suci-
Hah puas kau
Rama?
Shinta memang
memaafkanmu Rama. Tapi apa kau bisa memperbaiki apa yang sudah rusak di hatinya
Shinta.
*Alamak, tepok
jidat saya buat ini. Segitu terlarut dalam emosi cerita wayang ini ternyata.
Udah macam ‘Iya’ aja wag kesannya saya ini* hahahaha
Balik lagi
tentang Cinta, ternyata ada yang yang bisa membutakannya, buta sebenarnya,
gelap. Iya itu Prasangka Buruk. Tetiba teringat hubungan Bang Togar dan Kak
Unai –Salah satu tokoh di novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah- hubungannya
rusak, berantakan karna dikuasai prasangka yang tidak-tidak. Hilang sudah tak
berarti pegorbanan, rusak sudah kepercayaan.
Eits, tapi ya
lagi-lagi jika sudah sakit karna cinta, ya obat buat sembuhnya ya Cinta lagi.
Kak unai memaafkan Bang togar. Sama kayak Shinta yang juga memaafkan Rama.
Poin ketiga dan
terakhir dari perburuan saya di cerita romance “Cinta itu merelakan”. Kali ini
bahasannya ga di dunia baca, tapi ke dunia perfilman nasional Indonesia yang
lagi hits sebulanan ini. AADC 2. Ini tentang Trian (eks tunangannya Cinta).
Bosen saya baca meme-meme Rangga Cinta yang CLBK (cinta lama belum kelar, cinta
lama bersemi kembali). Padahal kan kasian si Trian. Gimana nasibnya tu orang
coba? -jadi inget ada yang pernah bikin puisi tentang isi hati Trian, googling
aja kalau mau tau, susah buat tautannya disini-
Ketika Trian
sadar cintanya Cinta ga ke dia, tapi belum kelar di Rangga. Trian merelakan si
Cinta pergi dari sisinya. Sama kayak dia rela gimana dulu berusaha menerobos
pintu hati cinta yang sempat hancur tak bertata karna ditinggal Rangga, ehh
sekalinya Rangga balik semua selesai. Habis. Cinta digondol Rangga. Dan lagi-lagi
Trian rela kisah berakhirnya dia dan Cinta ga diceritain gamblang di AADC 2. Yah
maklum namanya juga Trian bukan tokoh utamanya. Hahaha
*Apaan sih, sotoy
banget lu Tar* wkwkwkwk
Poin ke empat, kisah
cinta teromantis sepanjang abad versi saya itu bukan Romeo-Juliet, Rama-Shinta,
Rangga-Cinta, Borno-Mei, halah apa lagi itu. “Kisah cinta teromantis sepanjang
abad versi saya, kisah cinta Fathimah-Ali”
Bagaimanalah saya
mau memulai ceritanya. Sangking indahnya takut bahasa saya tak mampu
melukiskannya.
Fathimah dan Ali,
mulianya dikau berdua. Bisa menyimpan rasa cinta bertahun-tahun. Rapat. Rapat sekali.
Tak ada satupun yang tau, kecuali Sang Maha Mengetahui Segala-Nya.
Fathimah, wanita
mulia dari darah daging Manusia Termulia. Ali, the real man. Gentle Man. Prajurit hebat. Ikhwan idaman.
*ehh Ikhwan? Ups, ukhty please jangan senyum-senyum dulu*
Ali itu punya apa
sih. Pemuda miskin. Dia ga punya apa-apa selain Iman dan cinta. Ali ingin
sekali segera membuat Fathimah menjadi halal baginya. Tapi dia cukup sadar
diri. Sampai akhirnya ada seseorang yang melamar Fathimah, Ali lemas kakinya
begitu tau orang itu ternyata Abu Bakar sahabat Nabi, sang saudagar kaya dan
sangat baik hati. Apalah si Ali dibanding Abu bakar. Tapi cinta selalu
menemukan jalannya kan, lamaran Abu bakar di tolak. Selang tak lama kemudian,
seseorang melamar Fathimah lagi. Kali ini si Laki-Laki Pemberani sepanjang abad,
Umar bin Khattab. Tak usah kau sebut nama lengkapnya, baru mendengar nama
depannya saja sudah bisa membuat kafir quraisy terkencing-kencing ketakutan. Lagi-lagi
apalah Ali dibanding Umar. Tapi sekali lagi kawan, cinta selalu menemukan
jalannya sendiri. Lamaran Umar pun berakhir sama dengan Abu bakar, ditolak.
Ali cukup yakin,
Cinta itu tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan, itulah
keberanian. Atau mempersilahkan, yang ini pengorbanan.
Singkat cerita Ali
pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya
keinginannya untuk menikahi Fathimah. Hanya bermodalkan satu set baju besi yang
biasa dipakainya untuk berperang. Hanya itulah harta Ali satu-satunya. Keyakinan
Ali, keteguhan hatinya, seolah bisa membawa Rasulullah mempercayakan putrinya
kepada Ali. Iya, lamaran Ali diterima.
Ribuan bintang,
Awan putih berarak, llalang membentang diatas hijau rerumputan. Lihatlah.
Lihatlah kawan, terakhir kalinya cinta selalu menemukan jalannya sendiri. Ali
menikahi Fathimah. 2 anak manusia yang
saling memendam rasa itu, dipersatukan dalam ikatan suci. Allah maha mengetahui
segalanya, sejatinya Allah lah yang menggerakkan jalan cinta para anak manusia
di muka bumi ini.
~~~
Finish bahasan
cinta-cintaannya siang ini ya kawan-kawan. Terimakasih udah mau mampir dan baca
sampai akhir. Maaf kalau ada cerita yang agak ‘nyeleneh’ dan ga pas sama
bahasan.
Bahas masalah
cinta emang ga ada matinya lah pokoknya. Sepanjang abad, tema cinta selalu enak
buat diperbincangkan. Selalu seru buat jadi bahan tulisan apalagi obrolan.
Dari sang pencari
Cinta-
-bilang aja jomblo atau single gitu, susah amat- hahaha
-bilang aja jomblo atau single gitu, susah amat- hahaha
Oke fix. Dari wanita
single (yang keukeuh jomblo until halal) wkwkwkwk *saya geli sendiri jadinya*
-Tari-

Tidak ada komentar:
Posting Komentar