Rabu, 25 Mei 2016

Si katrok lagi bahas 'CINTA'



Akhir-akhir ini saya lagi sering baca cerita-cerita romance. Yah namanya juga budget terbatas, jadilah baca yang gratisan kayak searching di google atau baca di wattpad. Sebenarnya bukan tanpa alasan sih, baca cerita romance tu kayak lagi nyari referensi aja sama hal klasik yang sering diagungkan namanya dimana-mana. Tau apa? Iyap bener, ‘CINTA’

Pertama saya mau bilang “Cinta selalu menemukan jalannya sendiri. Kebanyakan orang justru merusak jalan itu sendiri, bertindak tidak sabaran, padahal jelas sekali cinta bisa menemukan jalannya sendiri”. Katanya sih kita hanya perlu bersabar, sampai cinta itu datang di waktu yang tepat. 

Kalian pernah baca novel “Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah”, karyanya Tere Liye. Kalau udah ada yang baca sama novel itu semoga pemikiran saya berikut bisa nyambung sama kalian juga ya. Kalau yang belum pernah baca, minjem  punya  saya aja boleh koq, saya senang malah ada yang mau minjem buku saya. *Apaan sih Tar, tadi ngomongin cinta sekarang ngomongin buku* -Oh iya, Oke fokus bahas ‘Cinta’ dulu-
Jadi di novel itu ceritanya Borno, Pemuda berhati paling lurus dan baik di sepanjang sungai kapuas, jatuh cinta sama gadis dengan wajah sendu menawan, Mei. Borno sebenarnya polos banget tentang dunia percintaan, nah justru karena itulah, novel ini sukses buat saya ketawa, senyum-senyum sendiri sama tingkahnya Borno. Ngarepnya sih saya yang jadi si Mei? Atau si Sarah? Haduh apaan sih, dunia imajinasi saya mulai lagi deh. Hahaha

Borno yang sibuk menaklukkan hati si Mei, harus dihadapkan dengan kenyataan masa lalu yang ga bisa lepas dari hidupnya. Kepahitan masa lalu hidup mereka yang ternyata terhubung karna kebaikan hati Bapaknya Borno. Yah bohong namanya kalau cerita romance, percintaan, ga ada konflik. Hambar rasanya. Mei yang harus terjerat sama kenyataan masa lalu seperti memungkiri perasaannya sendiri. Dia ragu beneran ga sih cinta sama Borno. Trus sebenarnya Borno tau ga sih kenyataan masa lalu itu, nah kalau Brono tau apa masih mau menerima Mei? Bukannya udah ada Sarah yang hadir juga di hidup Borno.
Tapi lagi-lagi cerita fiksi ini membuat saya senyum-senyum ga jelas. Tapi begitu baca endingnya, Nah beneran kan, cinta selalu menemukan jalannya sendiri.

Beralih dari Borno dan Mei, poin kedua saya juga mau bilang kalau cinta itu “Pengorbanan dan Kepercayaan”.

Ada yang tau atau pernah baca cerita legenda masa lalu, tentang Rama, Shinta dan Rahwana. Saya sih emang ga pernah baca cerita aslinya, tapi saya suka baca cerita legenda ini dari sudut pandang berbeda.
Mungkin ya yang selama ini kita kira Rahwana adalah sosok jahat, tega menculik Dewi Shinta, yang notabene adalah istri dari Rama. Versi modernnya dikit mah kayak Romeo –Juliet. Kita selalu terpatri bahwa kebaikan selalu identik dengan Prabu Rama dan kejahatan pastilah perbuatan Rahwana.

Tapi saya kasih tau ya, sejujurnya saya lebih sebal bin kesal sama Rama dibanding sama Rahwana. Rahwana udah jelas dia raksasa jahat. Udah dari sononya jelas dia tokoh antagonis disini. Tapi Rama. Apa ya kata-kata yang pas buat dia. Rama itu kalau jaman sekarang mah, sama kayak cowok-cowok freak, sekelas lah sama cowok-cowok yang hobby sepik-sepik iblis gitu. Ga Gentle. Hahahaha *jahat banget perumpaannya* 

Setelah 12 tahun disekap Rahwana, Dewi Shinta berhasil kembali ke Ayodia. Tapi apa yang buat kecewa pemirsah. Rama mempertanyakan kesucian dan kesetiaan Dewi Shinta. What the **** banget ga sih. Lelaki macam apa itu, meragukan kesetiaan istrinya sendiri. Trus selama 12 tahun perjuangan Rama itu demi apa. Demi Shinta? Yakin? Lah koq bisa prasangka jahat menghancurkan semuanya.

Singkat cerita Rama bisa membuktikan sendiri kan, Shinta setia. Shinta membuktikan ke semua orang kalau dia setia, Shinta selamat dari kobaran api, dia Suci. –jadi ada upacara obong, yg direquest Rama, buat membuktikan kesucian Shinta. Dia harus terjun ke api, kalau selamat artinya dia suci-
Hah puas kau Rama?
Shinta memang memaafkanmu Rama. Tapi apa kau bisa memperbaiki apa yang sudah rusak di hatinya Shinta.
*Alamak, tepok jidat saya buat ini. Segitu terlarut dalam emosi cerita wayang ini ternyata. Udah macam ‘Iya’ aja wag kesannya saya ini* hahahaha

Balik lagi tentang Cinta, ternyata ada yang yang bisa membutakannya, buta sebenarnya, gelap. Iya itu Prasangka Buruk. Tetiba teringat hubungan Bang Togar dan Kak Unai –Salah satu tokoh di novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah- hubungannya rusak, berantakan karna dikuasai prasangka yang tidak-tidak. Hilang sudah tak berarti pegorbanan, rusak sudah kepercayaan.

Eits, tapi ya lagi-lagi jika sudah sakit karna cinta, ya obat buat sembuhnya ya Cinta lagi. Kak unai memaafkan Bang togar. Sama kayak Shinta yang juga memaafkan Rama.

Poin ketiga dan terakhir dari perburuan saya di cerita romance “Cinta itu merelakan”. Kali ini bahasannya ga di dunia baca, tapi ke dunia perfilman nasional Indonesia yang lagi hits sebulanan ini. AADC 2. Ini tentang Trian (eks tunangannya Cinta). Bosen saya baca meme-meme Rangga Cinta yang CLBK (cinta lama belum kelar, cinta lama bersemi kembali). Padahal kan kasian si Trian. Gimana nasibnya tu orang coba? -jadi inget ada yang pernah bikin puisi tentang isi hati Trian, googling aja kalau mau tau, susah buat tautannya disini-

Ketika Trian sadar cintanya Cinta ga ke dia, tapi belum kelar di Rangga. Trian merelakan si Cinta pergi dari sisinya. Sama kayak dia rela gimana dulu berusaha menerobos pintu hati cinta yang sempat hancur tak bertata karna ditinggal Rangga, ehh sekalinya Rangga balik semua selesai. Habis. Cinta digondol Rangga. Dan lagi-lagi Trian rela kisah berakhirnya dia dan Cinta ga diceritain gamblang di AADC 2. Yah maklum namanya juga Trian bukan tokoh utamanya. Hahaha
*Apaan sih, sotoy banget lu Tar* wkwkwkwk

Poin ke empat, kisah cinta teromantis sepanjang abad versi saya itu bukan Romeo-Juliet, Rama-Shinta, Rangga-Cinta, Borno-Mei, halah apa lagi itu. “Kisah cinta teromantis sepanjang abad versi saya, kisah cinta Fathimah-Ali”

Bagaimanalah saya mau memulai ceritanya. Sangking indahnya takut bahasa saya tak mampu melukiskannya.

Fathimah dan Ali, mulianya dikau berdua. Bisa menyimpan rasa cinta bertahun-tahun. Rapat. Rapat sekali. Tak ada satupun yang tau, kecuali Sang Maha Mengetahui Segala-Nya.

Fathimah, wanita mulia dari darah daging Manusia Termulia. Ali, the real man. Gentle Man.  Prajurit hebat. Ikhwan idaman. 

*ehh Ikhwan? Ups, ukhty please jangan senyum-senyum dulu*

Ali itu punya apa sih. Pemuda miskin. Dia ga punya apa-apa selain Iman dan cinta. Ali ingin sekali segera membuat Fathimah menjadi halal baginya. Tapi dia cukup sadar diri. Sampai akhirnya ada seseorang yang melamar Fathimah, Ali lemas kakinya begitu tau orang itu ternyata Abu Bakar sahabat Nabi, sang saudagar kaya dan sangat baik hati. Apalah si Ali dibanding Abu bakar. Tapi cinta selalu menemukan jalannya kan, lamaran Abu bakar di tolak. Selang tak lama kemudian, seseorang melamar Fathimah lagi. Kali ini si Laki-Laki Pemberani sepanjang abad, Umar bin Khattab. Tak usah kau sebut nama lengkapnya, baru mendengar nama depannya saja sudah bisa membuat kafir quraisy terkencing-kencing ketakutan. Lagi-lagi apalah Ali dibanding Umar. Tapi sekali lagi kawan, cinta selalu menemukan jalannya sendiri. Lamaran Umar pun berakhir sama dengan Abu bakar, ditolak.

Ali cukup yakin, Cinta itu tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan, itulah keberanian. Atau mempersilahkan, yang ini pengorbanan.

Singkat cerita Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Hanya bermodalkan satu set baju besi yang biasa dipakainya untuk berperang. Hanya itulah harta Ali satu-satunya. Keyakinan Ali, keteguhan hatinya, seolah bisa membawa Rasulullah mempercayakan putrinya kepada Ali. Iya, lamaran Ali diterima. 

Ribuan bintang, Awan putih berarak, llalang membentang diatas hijau rerumputan. Lihatlah. Lihatlah kawan, terakhir kalinya cinta selalu menemukan jalannya sendiri. Ali menikahi Fathimah.  2 anak manusia yang saling memendam rasa itu, dipersatukan dalam ikatan suci. Allah maha mengetahui segalanya, sejatinya Allah lah yang menggerakkan jalan cinta para anak manusia di muka bumi ini.

~~~

Finish bahasan cinta-cintaannya siang ini ya kawan-kawan. Terimakasih udah mau mampir dan baca sampai akhir. Maaf kalau ada cerita yang agak ‘nyeleneh’ dan ga pas sama bahasan.
Bahas masalah cinta emang ga ada matinya lah pokoknya. Sepanjang abad, tema cinta selalu enak buat diperbincangkan. Selalu seru buat jadi bahan tulisan apalagi obrolan.
Dari sang pencari Cinta-
-bilang aja jomblo atau single gitu, susah amat- hahaha
Oke fix. Dari wanita single (yang keukeuh jomblo until halal) wkwkwkwk *saya geli sendiri jadinya*

-Tari-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar