Sabtu, 18 Juni 2016

Dilema Penjaga Toko

Assalamu'alaikum olmaipren,

mulai memasuki pertengahan ramadhan di akhir juni nih, agak nyesek gimana gitu ga sih? secara undangan buka bersama udah mulai rame ehh kondisi kantong ga memadai, kan nyesek kalo gitu, ahahaha

Kali ini mau bahas tentang pengalaman baru saya selama hampir sebulan jadi penjaga toko/warung freelance.

Jadi ceritanya Mamak saya baru buka warung di rumah. Yah warung kecil jualan bahan pokok dan jajanan anak-anak aja sih. Jadilah saya, Reka, Dinda bergantian menjaga warung kami.

Banyak hal lucu yang bisa saya bagi ke kalian, salah satunya tingkah anak kecil kalau lagi milih jajan. Anak-anak ini kalau datang beli jajan bergerombol, 5-7orang, sibuk tanya ini itu, ehh ujung-ujungnya yang jajan cuma 1 orang. Beneran seorang, karna bawanya cuma Seribu Rupiah saja. wkwkwkw. Saya sampai geleng-geleng kepala lihatnya.

Ada lagi anak cowok, remaja tanggung yang sering beli rokok eceran. Kalo pas saya yang meladeni mereka, dijamin mereka pada segan pura-pura kalem. Yap karna belum apa-apa udah saya galakin duluan.
"Kamu ngapain kecil-kecil udah merokok?", saya bertanya pelan tapi memandang tajam ke mereka. (Pernah lihat di tivi, sinetron bawang putih bawang merah, nah saya persis kayak bawang merah yang galak abis. Hah bawang merah? *oke fix walau lebih mirip bawang bombay karna bulet*).

"Bukan untuk aku ini kak, disuruh sama abang", si anak laki-laki menjawab takut.

"Alasan aja kamu"

"Beneran kak, sebatang aja kak, cepatlah kak, abang kami dah nunggu"
Akhirnya yaudah saya kasih, rokok sebatang, seribu rupiah harganya.
Jujur saya miris jualan rokok, disatu sisi untungnya lumayan dibanding jualan chiki-chiki, wkwkwk. Nah di sisi lain apalagi yang beli anak remaja tanggung gitu koq ya rasanya seperti turut andil merusak generasi mendatang, terlepas dari kenyataan itu anak bohong apa tidak sama saya. Hah. Mulai lebay. Mulai sok idealis tapi bisanya cuma meringis~

Besoknya si anak datang lagi, beli rokok cuma sebatang lagi.
"Kak beli rokok sebatang", dia nyodorin uang kertas seribu yang udah sangat lecek dan jelek. dilipet-lipet kecil banget tu duit. Nah dengan pengalaman saya yang hampir sebulan jadi penjaga warung freelance saya mulai bisa membaca tindak-tindak kecurangan, jiwa penjaga toko yang waspada mulai bangkit, saya buka itu gulungan duit kertas seribuan, dan jreng-jreng....!!! IYA benar sekali tebakan anda, Duitnya koyak. mending kalau cuma koyak, lah ini duit koyak itu di plester pakai Hansaplast...!!!U know what, hansaplast yang dipake buat plester luka di badan dijadiin plester duit koyak. Huahahahaha. ngakak banget lah. Antara kesal, lucu, geram pengen plester muka tu bocah pake hansaplast juga. wkwkwk *oke fix saya terlalu kejam sepertinya*

Waktu terus berjalan, hari ini habis berganti hari berikutnya. Saya mulai menikmati kerjaan freelance saya ini. Apalagi imbalannya pahala besar karena berbakti kepada mamak saya. *Eaaaakk. wkwkwkw

Kalian tau kalau saya tipe anak rumahan, yang kalau udah pulang kerja yaudah jarang banget keluar rumah lagi, apalagi ngerumpi cantik sama ibu-ibu tetangga. Hah saya hindarin banget itu. Alasannya karna kebanyakan 'Ghibah' juga karena menghindar selalu ditanya 'Kapan Nikah?' huahahaha. Makanya pas banget semenjak ada warung jadilah abis tarawih gini waktunya shift saya buat jaga warung. Hal ini juga yang membuat saya banyak ketemu tetangga-tetangga yang lagi belanja di warung mamak. Para pembeli biasanya manggil saya dengan sebutan 'Mbak atau Kakak'. Kadang ada juga anak kecil yang manggil 'Tante', trus kadang mas-mas yang dengan ga sopannya manggil saya "Ibu". Hah awal-awal sih kesal, ga sopan banget manggil 'Ibu', saya belum setua itu padahal. huahahaha. Tapi yah sudahlah, toh di kantor sama customer juga sering manggil saya 'Bu Tari'.

Akhirnya saya mengambil kesimpulan, terserah pembeli aja mau manggil 'Mbak atau Kakak' saya ga masalah. Dipanggil 'Tante atau Ibu' juga yaudah gak apa-apa. Asal jangan dipanggil 'OM atau BAPAK' aja, secara saya Cewek. Nah kalau ada yang manggil begitu langsung saya lempar sendal deh, beneran..!! Huahaha.



Dari pinggiran Laut Tanjung Uma,
Malem minggu adem ayem,

-Tari-

Thanks for reading my blog olmaipren, see u next story yaaaak..!!!

Kamis, 16 Juni 2016

Bapak

"Ini ayunan buat kamu"
"Dari ban bekas, Pak? emang bisa?"
"Bisa"

20 tahun yang lalu di depan sebuah rumah sederhana Bapak membuatkan aku ayunan. Dari ban bekas truk pengangkut sawit. Dikaitkan dengan tali di sebuah pohon jambu. Ayunan sederhana, tapi menyenangkan. Aku biasa bermain sendiri kalau pagi begini. Mamaku sibuk di dapur. Entahlah sedang merebus ubi atau merebus jagung. Tadi malam Mbah datang, bawa kacang tanah mentah banyak sepertinya. Bapak dimana ya? oh itu di kebun kecil sebelah rumah, badan tingginya nampak dari sini, mungkin sedang membersihkan ilalang di ladang jagung.

Aku masih asyik bermain ayunan. Sesekali menggigit buah jambu biji ditanganku. Pohonnya rindang, buahnya sering menjutai kebawah. aku dengan mudah bisa mengambilnya. Bunyi krasak krusuk di sebelah rumah. Aku bisa melihat dengan jelas, itu Babi. Babi hutan sedang bersembunyi dibalik semak. Aku terlonjak kaget.

"Bapak... Bapak... itu.. itu ada babi...!"

Bapak bergerak cepat. Ditangannya dia memegang parang. Babi entah sudah menelusup masuk ke semak. Bapak berlari mengejar.

"Ada babi...!!! Ada babi....!!"

Tetangga berlarian ikut mengejar. 

"Cepat... cepat tangkap"

Aku bersorak sendiri. Takut sih. Tapi seru rasanya melihat babi itu dikejar 5 orang dewasa. Lihatlah sekarang babi itu bahkan masuk ke ladang jagung milik tetangga. Kocar kacir orang mengejarnya.

"Tombak... !!!"

itu bukan aku yang berteriak tombak. Entahlah bagaimana nasib si Babi. Yang aku lihat dari kejauhan Bapak kembali ke rumah. Aku berlari kecil menyambutnya. Bagai pahlawan dari medan perang.

"Babinya mati ya, Pak?"

"Iya"

Salah sendiri babi hutan sering merusak ladang orang.

20 Tahun kemudian,
Awal Januari 2016.

Aku melajukan motor matic di senin pagi ini. Kalian tau senin selalu bisa merusak mood sebagian orang. Termasuk aku pastinya. Entahlah senin ini terjebak macet didaerah batam centre itu rasanya mengesalkan sekali. dengan berkendara motor saja aku harus berhenti di traffic light yang sama sebanyak 3 kali. Capek banget kan rasanya.
Rentetan kesialan apalagi pagi itu tiba-tiba setelah lampu traffic light berubah hijau, matic ku tiba-tiba bannya goyang. Pasti bocor nih, aku bergumam sendiri.
Akhirnya aku tepikan motor di sisi jalan. Aku cek ternyata ban belakang kena paku. Rasanya kesal udah nyampai di ubun-ubun. Celingak-celinguk lihat kanan kiri, sebrang, ternyata ga ada tambal ban didaerah sini. Tiba-tiba otakku koq jadi buntu gini. aku keluarkan Hp, aku search nama 'Bapak'. Niatnya mau ngabarin kalau ban motorku bocor trus harus gimana, sementara jam masuk kantor udah mepet.

'No result for "Bapak".' itu tulisan yang tertera di HP ku. Loh koq bisa sih, ga ada kontak nama Bapak di Hp ku. Error nih Hp, aku sudah berpikir begitu.

Aku pencet nomornya saja langsung di panggilan. Loh koq berubah nama yang tertera di kontak dengan nomor itu jadi "Reka". Hah? ini Hp kenapa harus error disaat-saat seperti ini.

Masa iya sih HP ku error? Aku coba mengambil nafas dalam. konsentrasi.

Aku coba lagi melihat HP ku, Ya Allah, hatiku langsung menciut sakit, mataku rasanya panas, dada mendadak sesak. Aku istighfar berkali-kali.
Sampai berjongkok disamping motor. aku kembali beristighfar. Air mata juga udah langsung aja ngalir tanpa bisa aku tahan. Sesenggukan nangis di samping motor, Tepi jalan lampu merah simpang Gelael Batam Centre.

Ya Allah. Aku kenapa? Kenapa bisa lupa kalau Bapak 'udah ga ada'?

Pagi itu pertama kalinya aku lupa kalau Bapak udah ga ada lagi. Beneran ga ada. Pergi. dan tak akan kembali. Sudah dari setengah bulan terhitung dari pagi itu sebenarnya. Padahal aku jadi saksi perginya bapak dan selama jangka waktu itu aku jadi anak yang beranggapan Bapak lagi kerja aja diluar kota, kayak biasanya kan gitu. Bapak sebulan di Batam. 3 bulan balik ke Jambi. Gitu kan? Otakku sinkronnya gitu. Tapi kenapa dengan air mata ini? sesak ini?

Hah. Aku ini bodoh atau apa sih? Gimana bisa aku beranggapan begitu.
Aku ini kenapa sih? lari dari kenyataan atau gimana?

Sesak ini Ya Allah. Lalu kemudian sesenggukan di tepi jalan dengan isi kepala penuh puzzle-puzzle kejadian nyata kalau bapak udah ga ada. Potongan kejadian Bapak sakit, Bapak menghembuskan nafas terkahirnya, Mama pingsan, pemakaman, tangis mama di subuh itu.

Aku semakin tertunduk menangis, dadaku rasanya sesak sampai sulit bernafas.

Tidak. Aku ga boleh kayak gini. Aku anak pertama kan, aku ga boleh serapuh ini, Aku harus bisa ikhlas. Aku harus bisa terima kenyataan kalau bapak udah ga ada. Aku harus kuat melindungi mama dan adek-adekku. Aku harus bangkit.

Aku usap paksa air mata di pipi sembari menarik nafas dalam.
Aku bukan cewek manja dan senang bergantung ke oranglain. Gak. Aku harus mandiri.

Pagi itu dengan hati teraduk-aduk. Pagi itu dengan isi kepala penuh potongan puzzle kenangan bersama Bapak. Aku berjanji pada diri sendiri untuk kuat, kuat hati, kuat pikiran, kuat tenaga. Karena sejatinya hal paling menyakitkan dari kepergian dan kehilangan adalah mereka yang pergi membawa separuh hati kita, kita yang masih berada disini merasa sesak hingga kemudian sadar ada sepotong hati yg hilang, terbawa dengan mereka yang sudah 'Pergi' dan 'Tak pernah kembali'.